Sunan Paku Buwono III wafat pada tahun 1788 dan penggantinya adalah Sunan Paku Buwono IV, yang cakap dalam politik dan piawai dalam intrik dan intimidasi. Dua tahun setelah wafatnya Paku Buwono III.
Baca Juga: Penting Diketahui Inilah Beberapa Hal yang Dapat Membatalkan Puasa, Nomor 6 Sering Dilakukan
Awal tahun 1790 Sunan Paku Buwono IV melancarkan strategi politik yang agresif dengan memulai memberi nama untuk saudaranya Arya Mataram. Oleh Susuhunan Paku Buwono IV, Arya Mataram dianugerahi nama Pangeran Mangkubumi.
Pemberian nama "Mangkubumi" menimbulkan protes Sri Sultan Hamengku Buwono I yang merasa kebakaran jenggot karena hak nama Mangkubumi adalah miliknya sampai meninggal dunia.
Sultan mengajukan protes kepada Kompeni yang ternyata tidak membuahkan hasil karena Sunan tetap pada pendirian tidak bakalan mencabut nama Mangkubumi untuk saudaranya. Jurus politik pertama Paku Buwono IV di lanjutkan dengan jurus keduanya yaitu menolak hak suksesi Putra Mahkota Kasultanan Yogyakarta.
Suhu politik yang sudah memanas itu bertambah lagi dengan tuntutan Mangkunegara I yang melihat suatu peluang ada didepannya. KGPAA.
Mangkunegara I menulis surat kepada Gubernur di Semarang Yan Greeve pada bulan Mei 1790 yang isinya Mangkunegara I menagih janji dari Residen Surakarta yang bernama Frederick Christoffeel van Straaldorf yang menjanjikan bahwa jika Pangeran Mangkubumi yang menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono I wafat maka KGPAA.
Mangkunegara I berhak menduduki tahta dari Kesultanan Yogyakarta. VOC yang tidak ingin terseret kembali dalam pertikaian bersenjata menjadi panik dan mulai memeriksa situasi lapangan militernya dan ke tiga Kerajaan.
VOC yang di wakili Yan Greeve menemui dengan perasaan kecewa ketika dilapangan menemukan fakta bahwa Mangkunegara I memiliki 1.400 orang pasukan bersenjata yang siaga.
Baca Juga: Wafat yang Indah Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaff
Artikel Rekomendasi