Nyai Jika, Kartini dari Ujung Pangkah Ahli Mengatur Strategi Perang

- 21 April 2022, 12:56 WIB

Mereka mulai mengepung markas Belanda. Kedatangan pasukan Nyai jika membuat Belanda terkejut dan lari kalang kabut. Tentara Belanda tidak sempat membawa senjata dan lari ke segala penjuru.

Salah satu putra Nyai Jika yang bernama cindi Amo mengejar komandan Belanda. Di tengah pengejaran komandan Belanda mengeluarkan tembakan, tetapi anehnya tidak ada satupun yang melukai tubuh Cindi Amo.

Komandan itu tewas di tangan Cindi Amo. Komandan itu tewas dengan luka tusuk ditubuhnya. Tempat kematian komandan Belanda kelak kemudian dikenal dengan kuburan Belanda.

Melihat pemimpinya tewas pasukan Belanda lari kocar kacir tanpa arah. Ditengah malam pasukan Belanda tidak tahu kemana harus bersembunyi.

Pasukan Nyai Jika sengaja memasang lampu ting (lampu dari minyak tanah), melihat ada lampu ting menyala Belanda mengira itu adalah pemukiman warga dan bergegas menuju ke sana.

Siasat ini berhasil pasukan Belanda berhasil dihabisi. Tempat ini nanti dikenal dengan nama bitingan.

Pasukan Belanda juga mendapat hadangan dari anak Nyai Jika lainya. Proses pelarian tentara belanda ini kemudian diabadikan menjadi nama daerah yang ada disekitar ujung pangkah.

Nama daerah itu antara lain Setro karena dulu banyak tumpukan mayat tentara Belanda yang telah membusuk dan dimakan belatung.

Setro artinya set (belatung) roto (rata). Bekuto konon dinamakan seperti itu karena banyak tentara yang dilucuti senjatanya, pakainya dan hanya tinggal celana atau katok (dalam bahasa Jawa ). Bekuto (kari katok tok)

 

Halaman:

Editor: Dewi Rahmayanti

Sumber: Blog Masnukan


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini